POHUWATO,HARIANPOST.ID- Siang itu cuaca di desa Hulawa, Kecamatan Buntulia begitu cerah. Siswa dan siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) 04 Buntulia berhamburan di halaman sekolah. Mereka tengah asik, bergembira, menghabiskan waktu dengan bermain bersama.
Sementara ratusan meter dari belakang sekolah itu, aktivitas alat berat pertambangan proyek emas Pani Gold Project (PGP) terlihat sibuk. Gunung yang menjulang tinggi di belakang sekolah tersebut tak lagi angkuh. Ia takluk, tubuhnya mulai hancur dicabik – cabik tangan raksasa nan kuat.
Sebuah potret yang tak biasa, namun juga cemas. “Kalau hujan, material di gunung ini pasti akan jatuh ke bawah, kena bangunan sekolah dan rumah warga,”ucap seorang warga, Kamis, 14 Agustus 2025. Warga tersebut adalah salah satu orang tua siswa yang datang ke sekolah untuk menghadiri undangan dialog bersama Bupati Pohuwato.
Sejak pukul 08.00 WITA orang tua siswa di sekolah ini mulai berdatangan. Mereka menempati ruang kelas yang mejanya telah dikosongan – menyisahkan bangku yang beraturan.
“Kami menolak, kami tidak ingin anak kami terdampak dan dipindahkan,” kata seorang ibu dari barisan bangku belakang
Orang tua siswa SDN 04 Buntulia tegas, kompak menolak jika anak mereka dipindahkan untuk menghindari dampak pertambangan yang ditimbulkan. Tapi, Bupati Pohuwato yang duduk di hadapan orang tua siswa ini sedari awal menyampaikan bahwa kehadirannya bersama Ketua DPRD Pohuwato Beni Nento, Ketua Komisi I DPRD Pohuwato, Iwan Abay dan Sekretaris Komisi I, Abdul Hamid Sukoli, beserta Dinas Pendidikan Pohuwato tidak dalam kapasitas merencanakan pemindahan tempat bersekolah.
Justru kehadiran mereka di SDN 04 Buntulia guna mendengarkan langsung keluhan para orang tua siswa akan dampak Proyek emas PGP yang dalam beberapa waktu belakangan ramai dibicarakan.
“Kami datang ke sini untuk mendengarkan langsung, apa yang menjadi keluhan bapak – ibu orang tua siswa. Kami ingin membicarakan ini bersama guna mendapatkan solusi terbaik, kami tidak datang untuk merencanakan relokasi atau pemindahan ke tempat sekolah baru,”ujar Bupati Saipul Mbuinga
Perasaan khawatir juga cemas terpancar dari wajah orang tua siswa. Mereka tahu, proyek pertambangan itu dilakukan di wilayah yang telah dilegalkan oleh negara. Seperti halnya dengan bangunan sekolah
SDN 04 Buntulia yang juga dibangun negara untuk kepentingan pendidikan.
“Tapi kami mau tanyakan, mana yang lebih penting, perusahaan atau Pendidikan ? Duluan mana, sekolah ini atau Perusahaan ? Lantas karena hadirnya Perusahaan, apakah sekolah ini harus dipindahkan ?”tanya orang tua siswa
Jawab pertanyaan orang tua siswa, sekali lagi, Bupati Saipul Mbuinga menegaskan bahwa tidak ada pembicaraan untuk memindahkan para siswa dari sekolah ini.
“Satu konteks, saya menghimpun aspirasi orang tua siswa,”tegasnya
Semua informasi dan sikap yang disampaikan orang tua siswa dalam dialog ini nantinya kata Bupati akan dibicarkan bersama di tingkatkan eksekutif dan legislatif.
“Ini akan kita bicarakan untuk mendapatkan solusi terbaik,”jelasnya
Dalam dialog bersama orang tua siswa tersebut, Bupati Saipul menerima keluhan terkait kebisingan alat berat pertambangan proyek PGP yang beraktivitas ditengah proses pembelajaran. Siswa jadi tidak fokus dan teralihkan pada aktivitas alat berat yang beraktivitas tak jauh dari bangunan sekolah mereka.
Persoalan lain tidak kalah penting, masalah air bersih turut menjadi aspirasi yang disampaikan orang tua siswa kepada Bupati, Ketua DPRD serta Komisi I DPRD Pohuwato.
Warga yang hadir mengharapkan segala aspirasi yang mereka sampaikan tidak hanya habis di pertemuan saja, melainkan harus ada tindakan konkret dari Bupati Saipul Mbuinga, sebagai Kepala Daerah.