POHUWATO, HARIANPOST.ID- Dalam tiga tahun terakhir di kabupaten Pohuwato tidak ditemukan kasus penularan malaria. Ini menempatkan Kabupaten Pohuwato dalam status eliminasi malaria.
Namun beberapa waktu kemarin, Dinas Kesehatan Kabupaten Pohuwato kembali menemukan kasus penularan malaria tersebut. Kepala Dinas Kesehatan Fidi Mustafa menyebut penularan malaria pertama di Pohuwato merupakan kasus malaria impor.
Setelah menemukan kasus penulan malaria pertama, Fidi mengatakan pihaknya langsung melakukan tindakan epidemiologi.
“Yang pertama dilakukan investigasi. Dalam investigasi ditemukan bahwa kasus pertama adalah kasus impor yang didapat dari Manokwari, Papua Barat. Kemudian pulang dan bekerja sebagai penambang di area tambang Botudulanga, Buntulia,” ungkap Fidi Mustafa dalam rapat evaluasi kerja yang digelar DPRD Pohuwato, Senin, 13 Maret Kemarin, di Ruang rapat DPRD Pohuwato.
Dalam investigasi yang dilakukan kata dia, ditemukan kasus penyebaran infeksi malaria di wilayah pertambangan Buntulia di Desa Hulawa. Dan sebagian juga ditemukan di wilayah pertambangan Dengilo. Dinas Kesehatan sendiri menemukan 38 kasus penularan malaria.
“Kasus penyebaran infeksi setempat itu alamatnya ada di Desa Hulawa, sebagian ada di Dengilo, profesi mereka adalah penambang. Ada dua tempat yang kita temukan,” terang Fidi Mustafa
Menyikapi laporan Kepala Dinas Kesehatan, anggota DPRD Al Amin Uduala pun menegaskan kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan upaya serius dalam menangani kasus penyebaran malaria yang menyasar warga di dua wilayah pertambangan Pohuwato.
“Yang terpenting adalah langkah Dinas Kesehatan, kaitan dengan menangani masalah penyebaran malaria ini agar jangan sampai terjadi. Bagaimana meminimalisir persoalan kasus malaria. Apalagi Pohuwato dalam tiga tahun terakhir dinyatakan bebas dari penularan malaria,” pinta Al Amin
Dinas Kesehatan terang Fidi sudah turun melakukan pemeriksaan dan membagikan kelambu kepada penambang yang ditemukan kasus penularan malaria. Sementara yang positif juga sudah diberikan obat.
“Dari 38 kasus yang kita temukan, 32 kasus itu plasmodium vivax, itu agak ringan. Tapi ada 6 kasus malaria falsiparum, ini berpotensi terjadi kejang-kejang atau sering disebut malaria tropika, yang berpotensi terjadi gangguan jiwa dan bahkan kematian,” jelas Fidi