HARIANPOST (Pohuwato)- Pernyataan ketua forum komunitas hijau (FKH) Kabupaten Pohuwato, Hamid Toliu, dinilai mendiskreditkan asosiasi penambang rakyat indonesia (APRI) Pohuwato yang tengah melakukan normalisasi terhadap sisa galian pertambangan yang tidak lagi produktif.
Ketua APRI Limonu Hippy mengatakan bahwa pihaknya tidak menerima pernyataan yang mendiskreditkan tersebut. Karena Menurut Limonu, APRI bersama penambang Pohuwato sudah bekerja nyata untuk meminimalisir kerusakan lingkungan yang di timbulkan oleh pertambangan
Sebaliknya ia pun mempertanyakan keberadaan organisasi peduli lingkungan seperti FKH yang sejak awal masuknya alat berat di wilayah pertambangan, justru tidak melakukan upaya untuk mencegah kerusakan yang di timbulkan.
“Kemarin saat lingkungan dirusak dengan Aktifitas tambang ada dimana mereka dan apa upaya-upaya yang mereka lakukan?, kenapa tidak dicegah dari awal nanti sudah tidak ada lagi pemasukan dari hasil tambang kemudian banyak cerita,” Ungkap Limonu yang geram
“jangan begitu lah mendiskreditkan Apri, memang upaya untuk merehabilitasi Normalisasi sekarang ini belum maksimal dan kita apri mengakui itu tapi paling tidak apri sudah berbuat,” Timpalnya
Normalisasi Lingkungan yang belum maksimal ini terang Limonu disebabkan oleh kerusakan yang cukup parah. Namun hingga saat ini normalisasi tersebut masih terus dilakukan. Dan pelaku usaha tambang yang di Pohuwato juga kata dia sudah punya niat baik untuk itu meminimalisir kerusakan tersebut.
Akan tetapi, uang yang dikumpulkan dari penambang itu kata Limonu hanya di nikmati oleh oknum-oknum tertentu di daerah dan sekarang merasa sok suci serta merasa peduli lingkungan. Padahal kata Limonu mereka sudah menikmati hasil tambang dan tidak ada upaya pemulihan seperti yang dilakukan oleh Apri.
“Kalau ada upaya-upaya dari oknum tertentu sekarang ini untuk menutup tambang hanya persoalan lingkungan loh, kan pada waktu itu aktivitas tambang tidak menggunakan alat memang jalan, tapi setelah menggunakan alat siapa yang memberikan kesempatan kepada mereka, sudah tidak tabuh lagi, banyaknya alat yang merusak diatas itu karena ada pungutan-pungutan oleh oknum-oknum tertentu di daerah ini kemudian nanti sudah rusak parah ada upaya-upaya untuk menurunkan penambang,” Terang Ketua Apri
“Jadi APRI tidak sepakat dengan yang disampaikan oleh saudara Hamid Toliu yang katanya jangan sampai penegak hukum dan pemerintah Provinsi terbuai dengan laporan-laporan Apri,” Tegasnya. (D.01)