BOALEMO, HARIANPOST.ID- Program smart school yang barusaja dilaunching Pemkab Boalemo dengan mendatangkan Menteri Pendidikan, Rabu kemarin, ternyata merupakan program yang jutsu lahir dari sekolah dengan fasilitas yang terbatas.
Program smart school awalnya mulai diterapkan di SMP Negeri 12 Wonosari, yang terletak di kawasan terpencil Kabupaten Boalemo. Sekolah yang memiliki fasilitas minim akses jaringan internet itulah yang menjadi pelopor transformasi pendidikan digital di wilayahnya.
Adalah Ahman Sarman, Kepala Sekolah SMPN 12 Wonosari ini mengatakan bahwa perjalanan menuju perubahan digital itu penuh tantangan. Apalagi sekolah yang dipimpinnya itu awalnya tidak memiliki akses jaringan internet.
“Kami sangat kewalahan karena tidak memiliki jaringan. Tapi sebagai sekolah di daerah terkecil, kami yakin kreativitas bisa lahir dari ide-ide kami,” kata Ahman.
Semangat untuk terus berinovasi membuahkan hasil ketika pada akhir 2018, Telkom melalui program DigiSchool hadir memberikan solusi digital untuk sekolah tersebut. Salah satu gebrakan awal yang dilakukan adalah pelaksanaan ujian semester berbasis Android. Inovasi ini menjadi langkah besar yang membuka jalan bagi lahirnya berbagai program digital lainnya.
Tidak berhenti di situ, SMPN 12 Wonosari juga meluncurkan program unggulan literasi tuntas baca Al-Qur’an berbasis Android. Program ini menjadi pembeda sekaligus kebanggaan sekolah, karena belum ada sekolah lain yang menerapkan metode serupa.
“Yang namanya tuntas baca Al-Qur’an berbasis Android, ini tidak kita temukan di sekolah lain,” jelas Ahman.
Digitalisasi tidak hanya diterapkan dalam proses pembelajaran, tetapi juga dalam kegiatan organisasi kesiswaan. Pemilihan ketua OSIS pun dilakukan secara digital menggunakan fitur USB-A dari DigiSchool. Konsistensi dan keberanian sekolah untuk terus berinovasi di tengah keterbatasan membawa hasil manis. Pada tahun 2019, Ahman Sarman dianugerahi penghargaan sebagai Kepala Sekolah Terbaik tingkat SMP se-Indonesia.
Transformasi digital SMPN 12 Wonosari akhirnya menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain di Kabupaten Boalemo. Upaya tersebut berkembang menjadi program smart school yang kini diadopsi secara resmi oleh Pemerintah Kabupaten Boalemo melalui kebijakan pemerintahan PAHAM.
Sosok Ahman Sarman bukan hanya dikenal sebagai kepala sekolah inovatif, tetapi juga sebagai pegiat literasi nasional. Pria kelahiran Tikong, Kabupaten Pulau Taliabu, Provinsi Maluku Utara, pada 16 Juli 1985 ini telah mengukir prestasi di dunia pendidikan.
Pendidikan sarjananya ia tempuh di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri Gorontalo (UNG), dan gelar magister diraih di Universitas Negeri Surabaya (Unesa) pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra.
Kariernya di dunia pendidikan dimulai sejak 2008 sebagai guru di SMP Negeri 4 Wonosari, Kabupaten Boalemo, hingga akhirnya dipercaya menjadi Kepala SMP Negeri 12 Wonosari. Selain itu, Ahman juga aktif sebagai tutor online di Universitas Terbuka.
Di luar aktivitas mengajar, Ahman dikenal sebagai penulis produktif. Karya-karyanya meliputi antologi cerpen, buku pendidikan, hingga kumpulan kisah inspiratif seperti Kilometer Tiga Belas, Sampan Tak Bertuan, dan Sekolah Terpencil Berbasis Android. Tulisan-tulisannya sering menghiasi berbagai media nasional, menjadikannya salah satu pegiat literasi dari daerah yang berhasil menembus panggung nasional.
Ahman Sarman membuktikan bahwa dari pelosok Tikong, langkahnya mampu menjangkau dunia literasi Indonesia. Dedikasi dan ketekunannya menjadi bukti nyata bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk melahirkan inovasi dan karya besar.