Tembakan Peringatan dan Amarah Masyarakat Penambang

HARIANPOST (POHUWATO)– Forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) Kabupaten Pohuwato baru saja meninjau pipa air milik PDAM yang bermasalah, akibat aktivitas pertambangan di lokasi pertambangan Alamotu, Desa Hulawa, Kecamatan Buntulia.

Kamis 8 Juli, sekitar pukul 15.00 wita, rombongan forkopimda itu dalam perjalanan menuju lokasi pertambangan ke dua, ke Botudulanga, Desa Hulawa. Namun tiba-tiba, dari depan rombongan forkopimda terdengar suara teriakan.

Masyarakat penambang Menghentikan mobil putih dan meminta anggota LSM turun dari mobil tersebut. (Gambar ini diambil dalam potongan video yang direkam wartawan Harianpost.id)

“Di sini dia,”teriak warga yang seketika membuat rombongan Bupati Pohuwato, Kapolres, Dandim 1313 Pohuwato, Kejaksaan Negeri dan DPRD Pohuwato  berhenti.

Puluhan Aparat Kepolisian dan TNI yang mengawal rombongan langsung turun dari motornya dan menuju mobil putih berpelat merah, yang saat itu sedang dikerumuni oleh puluhan masyarakat yang tersurut emosi.

“Di dalam dia,” kata ibu-ibu berjilab merah mudah, sambil melontarkan kata-kata kasar

Sementara rombongan di bagian belakang belum berani turun dari dalam mobilnya. Sejumlah rombongan pun bertanya-tanya, “itu siapa yang mereka cari, ? pak Bupati yang mereka cari ya?”

Suasana makin tidak terkendali. Masyarakat yang tengah emosi itu bahkan berani menggedar-gedor mobil putih pelat merah, membuka pintu mobil, dan melayangkan bogem mentah kepada orang yang berada di dalamnya.

Puluhan polisi yang mengenakan pakaian preman langsung mengeluarkan tembakan peringatan. Bukannya menghindar, masa yang penuh emosi itu masih tetap mengerumuni mobil putih.

“Keluar ngana (Kau) Sonni, keluar ngana opan,”

“Cuman ba pikir (Memikirkan) ngana pediri (diri sendiri) ngana, tidak ba pikir kepentingan orang banyak,” teriak Ibu-ibu.

Dua orang yang tengah diburu masyarakat itu merupakan anggota lembaga swadaya masyarakat (LSM). Mereka diduga sering mengunggah aktivitas pertambangan ke social media dan meminta penegak hukum untuk segera menertibkan pertambangan rakyat yang menggunakan alat berat eksavator.

Bupati Pohuwato, Kapolres, Dandim 1313 Pohuwato, Kepala Kejaksaan Negeri dan sejumlah Anggota DPRD Pohuwato pun berusaha menenangkan masyarakat yang sedang emosi itu.

“Tolong tenang, mari kita cari solusi. Bukan dengan cara seperti ini,” kata Kapolres Pohuwato AKBP Joko Sulistiyono kepada masyarakat. Namun masyarakat penambang yang emosi itu masih saja memburu kedua anggota LSM.

Aparat kepolisian masih terus mengeluarkan tembakan peringatan. Sementara salah satu anggota LSM, Sonni,di keluarkan dari dalam mobil dengan penjagaan ketat oleh aparat kepolisian dan TNI.

“Jangan ada yang ba pukul (memukul),” teriak aparat kepolisian yang  sedang menjaga Sonni dari amukan masyarakat penambang dan membawa Sonni ke  base camp PT. Gorontalo Sejahtera Mining (PT GSM). Tetapi teriakan aparat kepolisian itu tidak dihiraukan. Masyarakat penambang masih berusaha melayangkan bogem mentah kearah anggoat LSM itu.

Di dalam base camp PT GSM, Bupati Pohuwato Saipul Mbuinga berusaha mempertemukan antara perwakilan masyarakat penambang dengan anggota LSM. Sementara di depan base camp, Kapolres Pohuwato meminta masyarakat penambang untuk membubarkan diri.

“Sekarang sudah ada perwakilan penambang di dalam. Jadi yang tidak berkepentingan tolong membubarkan diri,” kata Kapolres memberikan himbauan

“Jangan ada yang bubar, torang (kami) semua di disini memiliki kepentingan,” sahut ibu-ibu yang mengenakan daster hitam

“Ini ibu siapa namanya ? tolong bicara yang baik-baik ya,” kata Kapolres yang geram

Sementara di dalam base camp. Para perwakilan penambang, Bupati Pohuwato dan anggota LSM sedang mencari solusi agar tidak terjadi konflik yang besar.

Sebelum insiden tersebut terjadi, sekitar pukul 09.00 Wita Rombongan Forkopimda menuju lokasi pipa PDAM yang dilaporkan bermasalah akibat aktivitas pertambangan. Setibanya di lokasi, Forkopimda tidak menemukan alat berat yang sedang beraktivitas.

Forkopimda Pohuwato meninjau pondok-pondok milik penambang (Foto Harianpost.id)

Seolah sudah mengetahui kunjungan Forkopimda, para penambang di lokasi pertambangan Alamotu berusaha menyembunyikan alat beratnya. Namun  setelah aparat kepolisian melakukan pemantauan lewat udara dengan menggunakan drone, sebanyak 17 alat berat berhasil di identifikasi. (Hp)