POHUWATO, HARIANPOST.ID- Dalam kunjungan reses DPRD Pohuwato ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bumi Panua, Rabu 5 Juli 2023 kemarin, Anggota DPRD Febriyanto Mardain mengungkapkan kabar mengejutkan.
Kabar yang ia peroleh dari masyarakat Kecamatan Buntulia itu mengungkap sisi lain potret pelayanan kesehatan dari Pemerintahan yang memiliki Visi, Sehat, Maju dan Sejahtera ini. Mirisnya, pelayanan kesehatan yang merupakan salah satu program prioritas Pemerintahan SMS itu belum berjalan dengan maksimal.
Bagaimana tidak, kata Febri, aleg dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini mendapat kabar dari keluarga pasien. Yang kala itu cerita Febri, pasien yang merupakan seorang anak itu sedang mendapat perawatan dengan dipasangi ventilator.
Di tengah perawatan itu, listrik di RSUD Bumi Panua padam. Sehingga alat bantu pernapasan ventilator tidak bekerja. Sayangnya, dalam situasi itu RSUD Bumi Panua tidak dilengkapi dengan mesin genset yang memadai sebagai mesin cadangan di saat listrik padam.
“Saat itu kata kelurga pasien kepada saya, listriknya padam, menyala, lalu padam lagi. Sehingga pasien yang sedang dipasangi alat bantu pernapasan ini menjadi sulit bernapas,” ungkap Febriyanto dan mempertanyakan kebenaran informasi ini kepada Direktur RSUD Bumi Panua dr Yenny Ahmad.
Menyikapi penyampaian itu, dr Yenny menyampaikan bahwa RSUD memiliki genset sebagai cadangan di saat listrik padam. Bahkan genset yang ada kata dia, bisa digunakan oleh masyarakat dalam satu Kecamatan. Hanya saja, dalam kasus yang disebutkan Febriyanto Mardain itu, saat itu genset milik RSUD mengalami kendala tekhnis.
“Ada kendala, sehingga yang harusnya listrik di RSUD menyala dalam beberapa detik saja, saat itu harus menunggu sedikit lama,” ungkap Yenny.
Tidak sampai di situ, Febriyanto juga mengungkapkan bahwa kala itu keluarga pasien dimintai oleh dokter untuk membeli obat di apotek yang berada di luar Rumah Sakit. Alasannya kata dia, karena stock obat di RSUD sedang kosong.
“Mereka diminta membeli obat di Apotek, karena katanya obat habis. Tapi setelah keluarga ini menghubungi Ibu Direktur, Ibu Direktur menyampaikan bahwa obat yang dimaksud itu tersedia di apotek Rumah Sakit. Nah ini bagaimana ceritanya, kok bisa, Dokter dan Direktur penyampainnya beda kepada keluarga pasien ?” Tanya Febriyanto keheranan.
Ia pun mewanti Direksi RSUD Bumi Panua untuk tidak main mata dengan pemilik apotek yang justru akan merugikan masyarakat Pohuwato yang berobat di RSUD Bumi Panua. Aleg PPP ini menduga, keluarga pasien sengaja diminta membeli obat di apotek tertentu yang justru menguntungkan pemilik apotek.
“Dalam situasi ini walaupun mereka keluarga pasien tidak memiliki uang, pasti akan berusaha mencari uang untuk membeli obat di apotek yang dimaksud. Karena yang mereka pikir hanyalah bagaimana keluarganya, anaknya bisa sembuh,” kata Febriyanto mewanti Direksi RSUD Bumi Panua.
Menjawab pertanyaan itu, dr Yenny membenarkan bahwa dirinya dihubungi keluarga pasien lewat sambungan telephone guna mengonfirmasi keberadaan obat yang dimintai oleh dokter untuk dibeli di apotek di luar Rumah sakit.
“Setelah itu saya menghubungi bagian Farmasi, dan mereka sampaikan bahwa obat yang dimaksud itu tersedia di apotek Rumah Sakit. Sehingga saya sampaikan kepada keluarga bahwa obat itu ada,” terang Yenny Ahmad.
Febriyanto mardain pun menyayangkan pelayanan di RSUD Bumi Panua Pohuwato yang belum maksimal tersebut. Akibatnya pasien anak yang dirawat itu terang Febriyanto, sampai meninggal dunia. Ia pun berharap kejadian serupa tidak terulang kembali.
“Pelayanan di RSUD ini harus berjalan dengan baik. Jangan ada lagi keluarga atau pasien yang mengalami hal serupa dengan warga saya di Buntulia,” harap Febriyanto Mardain.