BONBOL, HARIANPOST.ID– Ketua Tim Kerja Bupati Bone Bolango, Miftahudin Jasin menegaskan bahwa pergantian nama gedung Bandayo Li Mbui menjadi BPU Kabila sama sekali tidak ada kaitan dengan soal menang kalah di Pilkada.
Miftah mengatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Bone Bolango di bawah kepemimpinan Ismet Mile dan Risman Tolingguhu sebagai Bupati dan Wakil Bupati telah mengembalikan nama BPU Kabila yang telah diganti oleh Bupati sebelumnya, Merlan Uloli.
“Sejak awal dibangun tahun 70-an gedung itu namanya sudah BPU Kabila dan di era Merlan Uloli diganti jadi Bandayo Li Mbui, jadi kita kembalikan lagi ke nama aslinya,” ujarnya.
Menurut Miftah, pengembalian sejarah nama Gedung BPU Kabila menjadi bagian dari upaya menjaga identitas dan nilai historis masyarakat Kabila. Langkah ini juga kata dia, tidak akan menghambat jalannya pembangunan maupun program kerja Pemerintah Daerah, khususnya Bupati dan Wakil Bupati Bone Bolango.
“Sebaliknya, penyesuaian nama tersebut justru menjadi bentuk penghormatan terhadap sejarah lokal, agar setiap kegiatan pemerintahan maupun kemasyarakatan yang berlangsung di gedung tersebut selalu berakar pada nilai-nilai kearifan daerah,” jelasnya.
Miftah memastikan bahwa program prioritas Bupati dan Wakil Bupati, baik di bidang pendidikan, kesehatan, infrastruktur, maupun peningkatan kesejahteraan masyarakat, tetap berjalan sebagaimana mestinya tanpa ada hambatan.
“Dengan demikian, pengembalian nama gedung ini dapat dipandang sebagai penyempurna, bukan penghalang, karena mampu menghubungkan semangat pembangunan modern dengan sejarah dan budaya lokal yang menjadi jati diri masyarakat Bone Bolango,” tegasnya.
Senada dengan Miftah, tokoh masyarakat Kabila, Niko Ilahude menimpali bahwa banyak masyarakat Kabila yang menyampaikan kepadanya sikap protes terhadap pergantian nama gedung BPU menjadi Bandayo Li Mbui di masa Bupati Merlan Uloli.
“Mereka sampaikan ke saya bahwa mereka tidak setuju pergantian nama itu (dari BPU Kabila ke Bandayo Li Mbui), “ujarnya.
Niko bahkan menyayangkan sikap Merlan Uloli yang tidak membangun gedung baru tetapi hanya merehabilitasi gedung BPU. Menurutnya jika Merlan beralasan untuk menghargai kaum perempuan harusnya Merlan itu bangun gedung baru.
“Jika alasannya seperti itu harusnya dia (Merlan,red) bangun gedung baru, sama dengan yang ada di Kota Gorontalo itu di bangun gedung Bele Li Mbui tanpa harus menghilangkan gedung BPU,” tukasnya