POHUWATO – Harianpost.id- Ketua PC Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Pohuwato Abdullah Diko mendukung sepenuhnya dan siap mengawal hasil Musyawarah Besar (Mubes) Forum Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) Gorontalo yang digelar Rabu (18/5) pekan kemarin.
Di mana dalam musyawarah besar forum silaturahim Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) Gorontalo itu berhasil merumuskan 19 poin rekomendasi yang telah disepakati bersama dan akan menjadi pijakan dalam pengambilan keputusan internal maupun perumusan langkah strategis organisasi.
Abdullah Diko mengatakan, mendukung rekomendasi yang telah disepakati tersebut. Terutama pada poin ke – 9 , yakni memprioritaskan calon ketua tanfidziah adalah figur santri yang memiliki nilai-nilai akhlak dan ideologi Aswaja an-Nahdliyah.
“Saya mendukung hasil rekomendasi itu. Terutama di poin bahwa yang memimpin tanfidziah di PW maupun PC Kabupaten dan Kota di Provinsi Gorontalo, itu harus memiliki latar belakang santri dan punya hubungan emosional dengan pondok pesantren,” ungkap Abdullah Diko, kepada Harianpost.id, Senin (23/5).
Ansor dan Banser Pohuwato kata Abdullah Diko siap mengawal dan membadani aspirasi para ulama, Kyai pesantren dan warga Nahdliyin di tingkat kultural.
“Kami Ansor dan Banser di Pohuwato yang tugas utamanya mengawal Kyai, siap membadani dan mengawal suara atau aspirasi para ulama tersebut,” kata Abdullah Diko.
Sebelumnya, pada mubes Forum Alim Ulama Nahdlatul Ulama (NU) Gorontalo yang digelar Rabu (18/5) pekan kemarin, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Kabupaten Pohuwato KH Abdullah Aniq Nawawi yang menjadi juru bicara pertemuan itu menjelaskan, bahwa forum alim ulama NU itu diselenggarkan berdasarkan suara dari kalangan kultur NU, termasuk suara dari kalangan pondok pesantren NU di Gorontalo.
“Salah satunya yang menjadi pembahasan kami ialah, bagaimana tegakknya supremasi kepemimpinan Syuriah. Agar setiap kebijakan umum yang diputuskan perhimpunan NU melalui pertimbangan dan arahan syuriah, termasuk masukan dari pimpinan pondok NU, karena di dalam NU selain menjunjung tinggi istisyarah (bermusyawarah), kita juga sangat mempercayai istikharah (petunjuk dari Allah). Itulah mengapa pimpinan tertinggi kita adalah Syuriyah, karena beliau-beliau ini adalah Kyai i yang dianggap mumpuni dalam kedua hal itu,” kata Gus Aniq sapaan akrabnya dikutip dari nulondalo.online
Gus Aniq yang juga Akademisi di Universitas Nahdlatul Ulama Indonesia (UNUSIA) itu juga mengatakan, selain tegakknya supremasi syuriah sebagaimana yang ditekankan Rais A’am PBNU KH Miftachul Akhyar pada khutbah iftitah di muktamar lalu, forum itu juga merumuskan adanya program-program strategis ditiap level kepengurusan NU, baik ditingkat PW dan PC.
“Misalnya ya, memastikan Lembaga-lembaga NU di tiap level kepengurusan memiliki program kerja yang jelas, terukur dan mampu berkontribusi secara langsung maupun tidak langsung dalam pencapaian visi-misi NU, khususnya proses penguatan ‘amaliyah, fikrah dan harakah NU, perhatian kepada warga nahdliyyin, lingkungan, dan hal-hal lain. Semua itu dalam rangka mendukung visi besar muktamar lalu, yaitu merawat jagat dan membangun peradaban. Tentu semua akan kita lakukan secara perlahan sesuai kemampuan kita,”terangnya
Forum alim ulama NU ini juga kata Gus Aniq, menyampaikan sebuah aspirasi terkait pemimpin tanfidziyah ke depan betul-betul mempertimbangkan akhlak dan adab seorang santri, seperti penghormatan pada kyai dan syuriyah, juga kedekatan pada pesantren dan kultur NU.
“Selain dua poin tadi, forum ini menyepakati bahwa dalam pemilihan ketua tanfidz di berbagai level nantinya, akan memprioritaskan seorang figur “santri” yang memiliki nilai-nilai akhlak dan ideologi Aswaja an-Nahdliyah,”jelasnya.