BOALEMO, HARIANPOST.ID- Belum selesai dibangun, pekerjaan ruas jalan Paguyaman-Tabulo, Boalemo, menuai banyak sorotan. Lantaran jalan yang tengah proses pembangunan tersebut sudah menunjukkan kerusakan disejumlah titik.
Belakangan, sejumlah alasan penyebab kerusakan jalan yang dalam proses pembangunan tersebut karena diduga telah dilewati oleh mobil muatan dengan bobot yang terbilang berat. Alasan lain, pekerjaan jalan itu secara tekhnis disebutkan masih pembangunan untuk lapisan pertama. Sehingga pihak kontraktor justru akan mengetahui titik jalan mana saja yang masih membutuhkan penanganan untuk pembangunan lapisan jalan selanjutnya.
Alasan itu tidak sepenuhnya dapat diterima. Salah satu warga Boalemo Nanang Syawal justru menilai kerusakan jalan yang dibangun oleh PT Tri Sandy Yudha itu karena adanya kelemahan pada struktur dasar jalan.
Dirinya paham terkait tekhnis pekerjaan jalan tersebut. Dia bilang retakan memanjang hingga ke sisi jalan yang secara teknis merupakan indikasi adanya kelemahan struktur dasar jalan, bukan semata-mata kekurangan di lapisan atas.
“Retakan seperti itu muncul bukan karena jalan masih proses. Kalau struktur tanah dan base-nya bagus, lapisan aspal pertama tidak akan pecah seperti itu. Ini patut diduga ada kegagalan teknis sejak tahap persiapan hingga pelapisan awal,” ujar Nanang, Selasa 15 Juli 2025.
Jika alasan kontraktor untuk mengetahui tekstur tanah sebelum melakukan pekerjaan pada lapisan kedua kata Nanang tidak tepat secara prinsip teknik. Dalam proyek jalan berstandar nasional, uji tanah dan struktur perkerasan dilakukan sebelum pengaspalan, bukan setelah lapisan pertama dibentangkan.
Dirinya pun mempertanyakan kualitas pelaksanaan proyek yang menelan anggaran negara cukup besar itu. Ia menyayangkan lemahnya pengawasan teknis, sehingga jalan yang baru saja diaspal sudah menunjukkan kerusakan pada tahap awal.
“Saya heran, kok baru selesai diaspal sudah retak. Kalau ini masih disebut tahapan kerja, ya jangan sampai jadi alasan pembenaran. Ini uang rakyat, tolong dijaga kualitasnya,” ungkap Nanang.
Nanang menyarankan agar Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) segera melakukan core drill test (uji bor lapisan jalan) untuk mengukur ketebalan dan kualitas ikatan antar lapisan perkerasan. Selain itu, audit terhadap proses pemadatan tanah dasar dan basecourse dianggap krusial untuk mengungkap penyebab sebenarnya dari keretakan dini tersebut.
“Jika proyek ini dibiarkan tanpa evaluasi menyeluruh, maka potensi pemborosan dan pengulangan kerusakan di kemudian hari sangat besar. Ini bukan sekadar proyek jalan, tapi menyangkut keselamatan dan hak publik atas infrastruktur yang layak,” tegasnya lagi.
Sementara pelaksana proyek preservasi ruas jalan Paguyaman–Tabulo, PT Tri Sandy Yudha, saat dihubungi menyampaikan bahwa retakan yang terjadi pada tahap awal pengaspalan masih tergolong dalam batas toleransi proyek jalan nasional.
“Karena di setiap proses pekerjaan itu pasti ada kerusakan, entah itu dari pesnya, kelas A-nya, atau lapisan awalnya. Itu hal yang wajar,” ucapnya.