POHUWATO,HARIANPOST.ID- Direksi Rumah Sakit Bumi Panua (RSBP) Pohuwato, Dewan Pengawas dan Dokter jaga berikan pernyataan resmi terkait pemberitaan ihwal Warga Buntulia Utara yang meninggal dunia di RSTN Boalemo, usai mendapatkan penolakan dari pihak RSBP.
Lewat konferensi pers, Jum’at, 6 Desember 2024 di Kantor Direksi RSBP, Direktur RSBP dr. Yenny Ahmad, bersama perwakilan Pemerintah Daerah Muslimin Nento didampingi Ketua Dewan Pengawas RSBP Tasrif Haras, Kusmayadi Hunta dan Dokter Jaga saat itu, dr Lisa, membantah melakukan penolakan terhadap pasien, Almarhum Mohamad Kadir.
Sebagaimana pernyataan keluarga, sebelumnya, Almarhum Mohamad Kadir, pada Selasa malam, 3 Desember 2024, dengan didampingi adiknya Rahim Kadir mendatangi RSBP untuk mendapatkan layanan kesehatan terhadap tangan dan bahunya yang Sakit. Sesampainya di Rumah Sakit, tanpa dipapah, Mohamad Kadir berjalan menuju IGD bersama adiknya Rahim Kadir.
Sambil meringis kesakitan, Mohamad Kadir berharap mendapatkan pelayanan kesehatan dari pihak RSBP. Namun, bukan layanan kesehatan yang didapatkan, Mohamad Kadir malah diminta untuk pergi ke Puskesmas Marisa. Alasan RSBP saat itu, ruangan IGD sedang penuh dan tak ada lagi tempat untuk pasien.
“Kepada mereka saya sampaikan begini, sama minta maaf ruangan IGD sedang penuh. Tidak ada lagi tempat yang kosong, adanya hanya kursi,” ujar Dokter Jaga saat itu, dr. Lisa
Menurut dr. Lisa saat itu dirinya tidak melihat ada indikasi Kegawatdaruratan terhadap pasien. Karena pasien yang tidak lain adalah Mohamad Kadir itu datang sambil berjalan, tidak dipapah.
“Saya tanya, bapak Sakit apa ? Dia bilang tangannya sakit. Terus saya bilang, Mohile Ambungu Watiya (baca : saya minta maaf), ruangan full,”ujar dr. Lisa.
Dia pun meminta agar pasien dibawa ke Puskesmas Marisa agar tetap mendapatkan pelayanan kesehatan.Setelah itu kata Dokter, pasien langsung dipanggil keluar oleh Pria yang mendampingi pasien yang tidak lain adalah adiknya, Rahim Kadir.
RSBP mengarahkan pasien untuk pergi ke Puskesmas Marisa. Itu dinilai jauh lebih baik daripada pasien dilayani namun hanya ditempatkan dalam kondisi duduk di RSBP.
“Dalam kegawatdaruratan itu pasien itu butuh tidur, dalam posisi yang benar – benar dia gawat darurat,” ungkap dr. Lisa
“Yang jelas saya lihat dengan mata kepala saya, bapak itu (pasien) berjalan berdua, bapak – bapak dua orang,” terangnya memastikan kondisi pasien tidak menunjukkan keadaan gawat darurat.
Lebih lanjut ketika disinggung ihwal Puskesmas Marisa yang melakukan rujukan pasien ke RSTN Boalemo, yang sejatinya hal tersebut merupakan tupoksi RSBP untuk melakukan rujukan, pihak RSBP melalui Dewan Pengawas Tasrif Haras menyampaikan bahwa alasannya karena RSBP belum melakukan diagnosa kepada pasien. Sehingga RSBP tidak merujuk langsung ke RSTN Boalemo.
“Di sini dia masalahnya, dia tidak dirujuk dari sini (RSBP) karena dia tidak diperiksa di sini,”ujar Tasrif Haras
Sementara itu, Pemkab Pohuwato yang diwakili Muslimin Nento menyebut bahwa masalah ini sudah diketahui oleh Bupati Pohuwato Saipul Mbuinga. Rencananya kata Muslimin, Bupati akan datang ke rumah keluarga Almarhum.
“Beliau (Bupati) pagi tadi ke Taluditi. Nanti dari Taluditi, beliau yang ke situ ( Rumah duka) melihat kondisi keluarga,” terang Muslimin Nento
Lebih jauh, terkait masalah layanan kesehatan yang akhir – akhir ini dikeluhkan, Dewan Pengawas RSBP kata dia sudah melakukan upaya untuk mengambil langkah ke depan. Ada beberapa persoalan yang menurut dia perlu diseriusi. Mulai dari evaluasi Direksi dan tenaga kesehatan, hingga persoalan kekurangan alat dan Perangkat kesehatan di RSBP.
“Hasil investigasi kita selama ini Rumah Sakit kelebihan pasien dari yang seharusnya bisa ditampung. Juga ada beberapa ruangan yang perlu dibenahi. Ruangan IGD perlu penambahan beberapa bangsal,”terangnya