POHUWATO,HARIANPOST.ID- Kasus bunuh diri dan upaya bunuh diri yang marak di Provinsi Gorontalo akhir – akhir ini perlu mendapat perhatian serius. Berbagai penyebab yang melatarbelakangi kasus ini pun harus mendapatkan solusi, agar kerjadian serupa tidak terulang kembali.
Maraknya kasus bunuh diri tersebut cukup menyita perhatian banyak pihak. Termasuk dari Ketua Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), DPRD Pohuwato, Abdullah Kadir Diko. Tidak hanya menghimbau, Diko, sapaan akrabnya, menggelar Forum Discussion Group (FGD) pencegahan bunuh diri di Lingkungan sekolah guna mencari solusi atas kasus yang marak tersebut.
Pada FGD pencegahan Kasus Bunuh Diri dalam rangka menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah ini, Diko menghadirkan Psikolog Provinsi Gorontalo Zulkarnain Antu, M.Psi, Cendekiawan Muslin KH. Abdullah Aniq Nawawi Lc. MA, Psikiater RSUD Bumi Panua Pohuwato dr. Risza Subiantoro. Di samping itu, FGD ini dihadiri Kepala Sekolah dan tenaga pendidik SD – SMA di Kecamatan Randangan – Taluditi, Ketua Yayasan Salafiyah Safi’iyah, Pemuka Agama, aktivis Perempuan dan Pemerintah Daerah serta Pemerintah Desa. Selasa, 18 Juli 2023, di Aula Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah.
Pada kasus bunuh diri terang Psikolog Zulkarnain Antu, M.Psi, Orang Dengan Kecenderungan Bunuh Diri mengalami perubahan perilaku karena adanya permasalahan – permasalahan. Dalam menghadapi masalah, manusia memiliki kemampuan yang berbeda – beda.
“Cara manusia mempersepsikan masalah itu berbeda – beda. Ada yang mempersepsikan masalah secara negative dan ada yang secara positif. Dari persepsi tadi, responya seperti apa ? bisa dalam bentuk pola pikir, atau perilaku atau sikapnya kepada orang – orang sekitar,” terang Zulkarnain.
“Orang – orang dengan kecenderungan Bunuh diri ini adalah orang-orang yang merasa buntu, tidak mampu menyelesaikan masalah. Dan tidak mendapatkan dukungan lagi dari orang – orang sekitar,” terangnya menambahkan.
Pada dasarnya, orang dengan kecenderungan bunuh diri ini kata dia tidak ingin mati. Namun orang tersebut tidak ingin hidup dengan rasa sakit akibat masalahnya.
“Siapa pun bisa saja memiliki ide bunuh diri. Tetapi yang membedakan adalah, ketika orang dengan kecendrungan bunuh diri ini punya tempat untuk dia menemukan solusi dan menguatarakan apa yang dirasakan dan menghubungkan dengan para ahli, pemuka agama dan medis, Insya Allah dia akan bakal lebih mempertimbangkan ide untuk bunuh diri tersebut,” jelasnya.
Sementara di sisi lain, penyebab orang cenderung Bunuh diri menurut Gus Aniq, karena adanya disorientasi hidup bagi mereka yang berusia di atas 60 Tahun.
“Dia sudah bingung mau ngapain lagi. Kok enggak mati-mati. Mungkin seperti itu,” kata Gus Aniq menjelaskan.
Selain itu, kasus ini juga rentan terjadi kepada mereka orang – orang yang memiliki tekanan dari luar.
“Tekanannya apa? Misalkan saya di mata orang itu hebat, maka saya harus sukses. Saya harus berpendidikan,” katanya lagi
Untuk menghindari kasus tersebut, Cendekiawan muda ini berpesan agar pentingnya peran kita semua menanamkan sikap qona’ah, menerima dan mensyukuri apa yang dimiliki. Membangun rasa optimis dan dapat menjadi teladan berprilaku sederhana dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam dialog panjang, yang dimulai sejak pukul 13.00 WITA – 17.30 WITA itu, para narasumber memberikan berbagai pandangannya dan solusi untuk mengatasi dan mencegah aksi bunuh diri. Berbagai pandangan itu pun menjadi catatan dan rekomendasi yang akan disampaikan Diko pada Rapat Paripurna di DPRD Pohuwato nantinya.
“Banyak masukan dari berbagai pihak, termasuk dari tokoh Agama, tokoh dan aktivis perempuan, guru dan masyarakat terkait kurangnya guru atau tenaga Bimbingan Konseling. Jadi kita berharap Pemerintah Daerah membuka formasi Bimbingan Konseling ke depan,” kata Diko
Tidak hanya itu, ia juga berharap ada peningkatan kapasitas guru Bimbingan Konseling di Sekolah, dan meningkatkan kepekaan para guru terhadap potensi gangguang mental pada siswa.
“Saya pikir ini adalah satu rekomendasi yang perlu untuk ditindaklanjuti oleh Pemerintah Daerah.
“Tidak kalah pentingnya, kasus Bunuh diri ini harus mendapat perhatian serius dengan membentuk Satuan Tugas (Satgas) dari berbagai OPD. Satgas ini nantinya akan memperkuat dan mempercepat pencegahan aksi bunuh diri dan kekerasan perempuan dan anak,” papar Diko.
Usai FGD, perwakilan peserta dari Unsur Pemuka Agama, Pemerintah Daerah, Tenaga Pendidik, Aktivis perempuan, menandatangani rekomendasi yang akan disampaikan Diko pada Paripurna nanti.
Berikut Rekomendasi Kebijakan dan rencana tindak lanjut para pihak yang dirumuskan lewat FGD tersebut :
Pemerintah Daerah
- Menyusun pedoman pencegahan aksi bunuh diri
- mengeluarkan seruan bahaya aksi bunuh diri di berbagai instansi
- membuat pedoman batasan-batasan pemberitaan terkait aksi bunuh diri
- melahirkan generasi tangguh melalui program-program sosial
- pejabat publik menyerukan dan mencontohkan untuk bersikap sederhana
- membatasi konten-konten (media sosial) terkait aksi bunuh diri
- peningkatan kapasitas penyelenggara pendidikan, pemuka agama dan tokoh
- menambah guru BK di sekolah-sekolah
Praktisi Kesehatan
- membuat call center untuk konsultasi kesehatan mental
- melakukan pelatihan PFA (Psycological First Aid)
Praktisi Pendidikan
- guru membuka ruang dialog dengan peserta didik
- pembelajaran dimulai dengan suasana bahagia
- guru menyerukan dan mencontohkan sikap sederhana dan menerima apa adanya
- memperkuat peranan bimbingan konseling di setiap lembaga pendidikan formal
- memperkuat pendidikan agama kepada peserta didik
Pemuka Agama dan Tokoh Masyarakat
- menyerukan pesan-pesan bahaya aksi bunuh diri di berbagai kegiatan keagamaan dan masyarakat
- menyerukan sikap sederhana dan menerima apa adanya kepada masyarakat (budaya qona’ah)
- menyelenggarakan sensus kesehatan
Media dan Kominfo
- membuat pedoman ilustrasi dalam pemberitaan terkait bunuh diri
- menyerukan suara-suara empatik dan bahaya bunuh diri